Apakah anda merasa hidup anda seakan sudah ditentukan dari sananya, sehingga anda tidak bisa menentukan ingin hidup seperti apa? Jika anda merasa demikian, maka anda sebaiknya mempelajari isi ebook ini agar mendapatkan pemahaman yang tepat tentang cara mengubah semua itu.
Ataukah anda ingin belajar bagaimana membaca garis tangan (palmistry) dan tidak tahu bagaimana memulainya? Di ebook ini dijelaskan bagaimana cara mengecek perubahan takdir anda, lewat membaca garis tangan
Bicara soal memperbaiki kehidupan, mulai dari motivator, coach, pemuka agama, bahkan paranormal, akan mengklaim bisa membantu anda memperbaiki kehidupan anda. Klaimnya tidak masalah, yang perlu anda pertanyakan adalah atas dasar apa klaim itu dibuat. Pertanyaan yang sama juga seharusnya anda tanyakan pada saya, dan sebagai jawabannya saya akan membeberkan secara ringkas tentang hidup saya dan apa yang telah saya lakukan untuk memperbaikinya.
Pertama saya akan mulai dengan nasib saya, dan karena mayoritas orang Indonesia tidak paham sebenarnya nasib itu apa, maka akan saya jelaskan dulu. Nasib adalah turunan dari kata Nasab yang berasal dari bahasa Arab. Nasab sendiri artinya kurang lebih keturunan atau garis keluarga. Nasib awalnya berarti kondisi keluarga dimana seseorang lahir, akan tetapi setelah bertahun-tahun meluas mencakup kondisi suku, daerah, dan bahkan disalah artikan sebagai kondisi peruntungan. Jadi yang disebut nasib itu sebenarnya adalah anda lahir sebagai anak siapa dan dalam kondisi bagaimana.
Saya lahir dari orangtua yang berdarah campuran. Ayah saya keturunan campuran Cina dan Nias, Sementara ibu saya keturunan campuran Cina, Jepang dan Vietnam. Saya lahir di daerah Kampung Nias, di kota Padang, Sumatera Barat, pada saat dimana kondisi ekonomi kedua orang tua saya belum lama meningkat melewati garis kemiskinan. Pada waktu itu profesi kedua orang tua saya adalah usaha rumahan membersihkan kulit manis (kulit dari pohon Cinnamomum Burnannii Blum harus dikerik sampai bersih dari kerak luar serta berbagai lumut, sehingga tersisa kulit dalamnya yang wangi dan manis, yang dikenal sebagai Cassia Vera). Itulah nasib saya, dan tidak ada siapapun yang dapat mengubah itu. Jika itu diubah, misalnya kehamilan ibu saya diundur sekian tahun sampai kondisi keuangan mereka lebih baik, maka sudah pasti yang lahir bukan saya.
Selanjutnya saya akan bicara soal takdir kehidupan saya. Banyak orang beranggapan bahwa takdir itu juga sesuatu yang ditentukan "dari atas", atau setidaknya garis besarnya sudah ditentukan, sehingga manusia hanya bisa mengatur bagian-bagian kecilnya saja. Akan tetapi kepada semua yang beranggapan demikian, saya menanyakan kondisi berikut: "Jika takdir saya ditentukan untuk mengakibatkan kekacauan dalam suatu kelompok, apakah itu artinya, apapun yang saya lakukan atau tidak lakukan, saya akan tetap menjadi penyebab utama kekacauan di kelompok tersebut?"
Orang-orang yang saya berikan pertanyaan tersebut kemungkinan besar akan memberikan jawaban versi mereka, didukung dengan penjelasan tentang keyakinan versi mereka. Kecil sekali kemungkinannya ada yang akan sadar bahwa seharusnya mereka bukan menjawab, melainkan bertanya balik "darimana kamu bisa tahu bahwa kamu ditakdirkan menjadi pengacau?". Itulah kenyataan hidup sebenarnya, banyak orang memiliki cita-cita indah semasa masih kecil, tapi pada saat menginjak usia 25 saja, sebagian besar sudah menyerah pada cita citanya dan merasa yakin bahwa mereka sudah ditakdirkan untuk tidak mungkin mewujudkan cita-cita tersebut.
Apa cita-cita saya sewaktu kecil? Menjadi astronaut. Mengapa? Karena saya ingin melihat seperti apa bumi dari luar angkasa dan ingin melihat sendiri seperti apa planet-planet lain. Tapi di usia 17 saja saya sudah mendapatkan informasi bahwa HANYA WARGA NEGARA dari negara yang memiliki roket, yang bisa menjadi astronaut. Dengan kata lain, saya diberitahu bahwa takdir saya adalah tidak bisa menjadi astronaut. Impian selesai, benar? Tidak juga.
Saya kemudian mengetahui bahwa ada yang namanya clairvoyance, kemampuan untuk melihat energi, dari jarak jauh sekalipun. Setelah beberapa tahun melatihnyax menggunakannya, serta meningkatkan kapasitas energi di tubuh saya, saya mendapatkan diri saya mampu untuk melihat bumi dari jauh (zoom out), bahkan melihat benda-benda langit lain, melebihi teleskop tercanggih yang ada saat ini. Memang, saya tidak menjadi astronaut, tapi tujuan utama saya menjadi astronaut telah terpenuhi, kira-kira sebanding dengan seorang teman saya yang cita-citanya menjadi duta besar karena ingin bertugas di berbagai negara, tapi akhirnya menjadi pebisnis jasa titipan dan sudah melancong ke 83 negara, jauh melebihi duta besar manapun juga.
Jadi bagaimana menurut anda? Apakah saya cukup berkualifikasi untuk mengarahkan anda bagaimana memperbaiki kehidupan anda? Silahkan membaca isi selanjutnya dari ebook ini.
Setelah transfer (harap angkanya sesuai dengan yang anda baca diatas), konfirmasikan ke Penulis, Irwan Effendi, via WhatsApp . Setelah kami verifikasi, anda akan menerima balasan berupa file ebook tersebut.
Lahir di Padang, 28 Desember 1973. Pernah kuliah jurusan Electronic Electrical Engineering di Sacramento, California, USA. dan saat ini sedang kuliah secara daring jurusan Health Science di University of The People
Berwiraswasta sebagai Konsultan I.T. freelance sejak tahun 1997.