Dapatkan update dari kami di newsfeed anda

Ebook: Memahami Karma

Apakah anda pernah mengalami suatu keputusan yang anda ambil membawa akibat yang tidak menyenangkan untuk anda, walaupun saat membuat keputusan, anda sangat yakin bahwa tidak ada yang salah dengan keputusan tersebut? Atau anda pernah mengalami tidak tahu menahu tentang suatu perkara, tapi tiba tiba terseret dan menjadi berlarut-larut?

Kondisi-kondisi seperti itu terjadi akibat anda belum memahami Karma, dan oleh karenanya bisa secara tidak sengaja merugikan diri sendiri, atau dirugikan oleh orang lain yang bahkan tidak pernah anda kenal

Dengan buku tuntunan kami, anda akan belajar memahami seluk beluk Karma yang sebenarnya dan dengan demikian dapat berusaha untuk selalu berada di sisi yang diuntungkan untuk setiap putaran Karma yang terjadi

Memahami Karma

CONTOH ISI BUKU:

KATA PENGANTAR

Isi buku ini tidak dimaksudkan untuk menyinggung ataupun menghina kepercayaan siapapun. Jika anda kebetulan memiliki kepercayaan yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan isi buku ini, itu sepenuhnya hak anda. Dalam buku ini saya hanya berusaha memberikan penjelasan secara objektif dan menyeluruh berdasarkan penelitian, pengalaman dan pengamatan saya, sehingga orang-orang yang ingin tahu dengan jelas, aslinya seperti apa konsep yang disebut sebagai Karma, dan bagaimana Karma berfungsi di alam semesta, dapat memperoleh informasi yang memadai dan memahami kebenarannya.

Semoga dengan memahami Karma, anda dapat menghindarkan dari kekhawatiran dan ketakutan yang sia-sia, juga menghindarkan dari melakukan kesalahan-kesalahan yang tidak perlu, dan melakukan segala sesuatu dengan lebih tepat sasaran dan tepat guna.

Jakarta, Juni 2018
Penulis

Irwan Effendi

TENTANG PENULIS

Penulis adalah seorang peneliti di bidang Bioenergi dan merangkap sebagai konsultan di bidang teknologi informasi. Sebagai seorang peneliti, penulis selalu mengutamakan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan, dan memperbaharui hipotesa-hipotesa nya seiring dengan bertambahnya pengetahuan yang didapatkan dari mengamati fakta-fakta tersebut. Disamping pengamatan biasa, penulis juga memiliki kemampuan untuk melihat energi menggunakan syaraf penglihatan, yang membuat penulis dapat mengamati perubahan pada kondisi energi diri sendiri maupun makhluk lain, sehingga dapat mengetahui perubahan-perubahan yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang.

Pengalaman hidup penulis juga cukup unik, karena sudah 2 kali mengalami flatline (jantung berhenti berdetak) dan selain itu juga mengalami beberapa kali near death experience, serta cukup sering melakukan astral projection. Pengalaman-pengalaman tersebut membuat penulis memiliki perspektif yang berbeda tentang kehidupan dibanding kebanyakan orang, terutama soal kematian dan kehidupan setelah mati, karena rata-rata orang hanya berpegang pada kepercayaan mereka, sedangkan penulis sudah mengalami sendiri, dan dengan demikian berbicara berdasarkan pengalaman dan pengetahuan, bukan kepercayaan.

Hal lain yang unik dalam kehidupan penulis, adalah bahwa penulis merasa memiliki ingatan dari kehidupan sebelumnya yang pernah dialami oleh jiwa yang berbagi atma yang sama dengan penulis. Penulis juga dapat mengenali atma dari jiwa-jiwa manusia yang di kehidupan sebelumnya dekat dengan penulis. Walaupun penulis tidak dapat membuktikan hal secara empiris, namun penulis telah beberapa kali membuktikan dengan mendeskripsikan sifat-sifat dan kesukaan mereka secara mendetil, sejak dari saat mereka masih berada dalam kandungan. Kenyataan ini membuat penulis memiliki pemahaman yang berbeda tentang reinkarnasi, dan bagi penulis, reinkarnasi sebagaimana yang dipahami oleh penulis, adalah suatu kenyataan, bukan suatu kemungkinan. Berdasarkan hal-hal diatas, penulis merasa berkompetensi untuk berbagi dan menuliskan pengetahuan penulis tentang Karma.

MITOS KARMA

Gambaran seperti apa yang pertama kali muncul dalam pikiran anda jika mendengar atau membaca kata KARMA ? Apakah seperti yang dipopulerkan oleh novel dan film? Apakah anda membayangkan bahwa Karma itu pembalasan atas kebaikan ataupun kejahatan yang anda lakukan? Jika anda membayangkan bahwa Karma itu mirip-mirip seperti itu, maka artinya anda telah terpengaruh salah satu mitos tentang Karma.

Berbagai mitos tentang Karma, serta fakta yang bertentangan:

Mitos: Karma adalah suatu aturan alam, bahwa segala hal yang pernah anda lakukan, baik ataupun buruk, pada suatu hari akibatnya akan kembali pada anda.
Fakta: baik atau buruk adalah relatif, dan banyak sekali orang-orang yang berkuasa di dunia, yang mendapatkan kekuasaan dengan cara merampas, membunuh dan lainnya, yang kemudian meninggal secara wajar dan dalam kondisi masih berkuasa.

Mitos: Karma adalah hasil perbuatan baik atau buruk dari orangtua atau bahkan leluhur anda, yang mereka lakukan terhadap orang lain, dan kemudian hasil tersebut diterima oleh anda.
Fakta: cukup banyak keluarga yang turun termurun dikenal sebagai keluarga baik-baik, tiba tiba punya pewaris super brengsek. Sebaliknya, cukup banyak keluarga yang turun temurun dikenal sebagai keluarga penjahat, tiba tiba punya pewaris yang super baik. Lagipula, secara rata-rata, keluarga yang punya anak 4 atau lebih , biasanya satu anak berbeda karakter dari 3 saudaranya.

Mitos: Karma adalah hasil perbuatan baik atau buruk seseorang di kehidupannya yang lalu (reinkarnasi sebelumnya), dan kemudian hasil tersebut harus diterimanya di kehidupan saat ini
Fakta: kita tidak atau belum bisa memastikan secara jelas, apakah sesuatu yang terjadi kepada seseorang, benar atau tidak adalah akibat dari perbuatannya di kehidupannya yang lalu, akan tetapi ada fakta-fakta yang bertentangan dengan mitos ini, misalnya ketika seorang anak terlahir di keluarga yang serba berada, akan tetapi pada usia beberapa bulan, mengalami sakit parah dan meninggal. Dalam kasus seperti itu, jika mengikuti mitos, maka karma siapakah itu? Apakah karma orangtuanya yang harus menerima kehilangan anak waktu masih kecil? Ataukah karma dia sendiri yang harus meninggal waktu masih kecil? Kalau itu karma dia, apakah itu akibat Karma baik atau Karma buruk? Bagaimana dengan anak yang lahir dalam situasi perbudakan, kemudian meninggal setelah berusia beberapa bulan, itu akibat Karma baik atau Karma buruk? Ketidaksesuaian seperti ini hanya bisa berarti satu hal: mitos tersebut tidak mungkin benar, atau setidaknya tidak mungkin sepenuhnya benar.

ASAL MITOS KARMA

Kata Karma berasal dari bahasa india कर्म (karm) yang artinya adalah tindakan / perbuatan / kelakuan. Sama sekali tidak ada unsur “balasan” atau “akibat” dalam pengertian kata itu.

Walaupun sulit untuk memastikan secara akurat, sejak kapan mitos-mitos tentang Karma mulai beredar, tapi secara sejarah dan budaya, dapat ditelusuri dari kebiasaan-kebiasaan para kaum Ksatria dan Brahmana di tanah India pada jaman dahulu. Ketika memberikan hadiah kepada pengikut yang berjasa, para Ksatria akan berkata bahwa hadiah itu diberikan karena karm sang pengikut. Ketika menjatuhkan hukuman juga akan mengatakan bahwa hukuman itu diberikan karena karm sang pengikut. Demikian juga para Brahmana ketika memberikan penjelasan pada murid-murid mereka akan mengatakan bahwa segala sesuatu itu adalah akibat dari karm masing-masing orang.

Karena orang-orang yang hidup di India menerapkan sistem pengelompokan secara kaku, pada dasarnya seseorang yang lahir sebagai anggota kaum tertentu akan tetap menjadi anggota kaum tersebut seumur hidupnya, kecuali jika dia melakukan suatu perbuatan luar biasa. Jika seorang dari kaum Waisya, misalnya, melakukan suatu jasa yang amat besar bagi para kaum Ksatria, maka mereka bisa saja memutuskan bahwa salah satu dari mereka akan mengadopsi orang dari kaum Waisya itu dan memberikan status baru sebagai anggota kaum Ksatria, dalam suatu upacara yang dihadiri dan direstui oleh para kaum Ksatria. Sebaliknya, misalnya ada seorang dari kaum Ksatria yang melakukan sesuatu yang sangat memalukan bagi para kaum Ksatria, maka mereka bisa saja memutuskan bahwa orangtua dari orang tersebut harus membuangnya dan memutuskan hubungan, yang sekaligus berarti mengeluarkan orang tersebut dari kaumnya dan menjadi seorang tanpa kaum, atau lebih lazim dikenal sebagai kaum buangan. Dalam konteks ini , maka cukup sering ditemukan penuturan dimana seseorang bisa menduduki posisi terhormat, sebagai akibat dari karm orangtuanya, atau bahkan leluhurnya. Sebaliknya juga sering ditemukan bahwa seseorang bernasib tidak baik (lahir sebagai anggota kaum buangan) sebagai akibat dari karm orangtuanya atau bahkan leluhurnya.

Bagi para Brahmin yang mengajarkan tentang reinkarnasi, sudah tentu cara termudah untuk meyakinkan para murid mereka agar tidak melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan ajaran mereka, adalah dengan mengatakan bahwa karm mereka dalam kehidupan yang sedang dijalani, akan menentukan nasib mereka di kehidupan yang akan datang. Pada dasarnya, ini sama saja dengan pengajaran tentang surga dan neraka, hanya beda di bentuk kehidupan yang dipercaya sebagai bentuk kehidupan yang akan datang. Jadi tidak heran jika kemudian ada seorang yang hidupnya selalu bermasalah, oleh kelompok yang percaya keberadaan reinkarnasi, akan dianggap sebagai hasil dari karm orang itu di kehidupannya yang sebelumnya.

Jadi berdasarkan kebiasaan-kebiasaan itulah maka kemudian berkembang anggapan / mitos bahwa Karma itu ada 3 jenis, yakni hasil perbuatan sendiri yang diraup sendiri dalam kehidupan yang sama, hasil perbuatan orangtua atau leluhur yang diraup oleh keturunannya, serta hasil perbuatan sendiri yang diraup sendiri pada kehidupan selanjutnya.

KONSEP ASLI KARMA

Di bagian sebelumnya dijelaskan bahwa kata Karma berasal dari kata Karm, dan tidak ada hubungannya dengan balasan ataupun akibat. Akan tetapi ini bukan berarti konsep tentang balasan ataupun akibat itu sama sekali tidak ada. Konsep tentang balasan dan akibat adalah sesuatu yang bersifat mendasar pada filsafat Timur, akan tetapi konsep asli dari kedua hal tersebut tidaklah sama dengan konsep Karma sebagaimana diuraikan oleh mitos-mitos.

Salah satu penjelasan konsep akibat dan balasan yang paling awal, dapat ditemukan pada Brihadaranyaka Upanishad yang ditulis sekitar abad 7 SM:

“Seseorang yang seperti ini atau seperti itu, sesuai tindakannya dan sesuai sikapnya, dia akan menjadi begitu; seorang dengan perbuatan baik akan menjadi baik, seorang dengan perbuatan jahat, jahat; Ia menjadi suci dengan perbuatan suci, kotor dengan perbuatan kotor; dan dikatakan bahwa seorang yang dipenuhi keinginan, apa yang diinginkan, itu yang diniatkan; apa yang diniatkan, itu yang dilakukan; dan apapun tindakan yang dilakukan, itu hasil yang akan dituai. “

Jadi aslinya konsep tentang akibat dan balasan itu sederhana saja, yakni seseorang akan dinilai berdasarkan perbuatannya, dan perbuatan adalah sesuatu yang dilakukan karena adanya keinginan. Sedangkan balasan adalah sesuatu yang didapatkan sesuai tindakan yang dilakukan. Hanya seiring dengan berlalunya waktu, konsep ini semakin berkembang dan banyak disesuaikan demi berbagai kepentingan, sehingga terbentuklah 3 versi mitos yang saya bandingkan di awal.

Akan tetapi adakah suatu pengaturan di alam semesta ini, yang menentukan soal perbuatan dan balasan? Jawabannya, tentu saja ada, tetapi tidak sesederhana, dan tidak juga serumit yang digambarkan dalam mitos-mitos

ANTARA BERBUAT DAN TIDAK BERBUAT

Banyak orang mengira bahwa hanya perbuatan yang memiliki akibat, akan tetapi sebenarnya, berbuat ada akibatnya, tidak berbuat pun ada akibatnya. Ketika seseorang tidak sedang melakukan apapun mengikuti keinginan apapun dari dirinya, ia ibarat air yang sedang mengalir mengikuti tinggi rendahnya daratan; dalam kondisi ini ia tidak sedang berbuat, juga tidak sedang tidak berbuat; ia hanya sedang bergerak mengikuti alam.

Mungkin anda bertanya, bagaimana mungkin seseorang bisa melakukan apapun tanpa adanya keinginan? Yang dimaksud melakukan tanpa keinginan itu contohnya seperti ini: seorang petugas pemeriksa nilai ujian, menerima kumpulan formulir hasil ujian dan mulai memprosesnya berdasarkan kunci jawaban yang diberikan kepadanya. Setelah proses penilaian selesai, ia memasukkan angka-angka ke komputer dan dengan demikian, muncullah laporan siapa saja yang lulus dan tidak lulus. Yang dilakukan si penilai ini tidak bisa dikatakan berbuat, tapi juga tidak bisa dikatakan tidak berbuat. Jika dikatakan berbuat, walaupun ia tidak melakukan penilaian, proses itu tetap harus dilakukan dan orang lain yang akan melakukannya, jadi dia melakukan atau tidak, tidak penting. Tapi, jika dikatakan dia tidak berbuat, tidak tepat juga; nyatanya dia memang orang yang melakukan pemrosesan. Maka dalam hal ini dia dikatakan tidak bisa dikatakan berbuat, tapi juga tidak bisa dikatakan tidak berbuat

Selain itu seringkali dalam menghadapi suatu pilihan, sulit diketahui mana yang lebih bisa menimbulkan masalah, berbuat atau tidak berbuat. Contohnya: seorang wanita yang menduga bahwa suaminya menyukai wanita lain, akan tetapi tidak mendapatkan bahwa suaminya berselingkuh. Jika ia tidak melakukan apapun tentang hal itu, maka keadaan tidak akan berubah, dan dia akan selalu merasa tidak memiliki tempat di hati suaminya. Jika ia menanyakan dengan tegas kepada suaminya, mungkin saja dugaannya akan terbukti tidak benar, dan dia menjadi tenang kembali, tapi bisa juga ternyata dugaannya terbukti benar dan hubungannya dengan suaminya benar-benar hancur karena itu. Kondisi seperti itulah yang dimaksud dengan berbuat ada akibatnya, tidak berbuatpun ada akibatnya.

Berbuat belum tentu merasa berbuat, tidak berbuat, mungkin merasa sudah berbuat. Betapa seringnya terjadi dimana seseorang merasa bahwa dirinya telah salah dituduh melakukan suatu perbuatan, yang dia tidak merasa melakukannya. Betapa seringnya terjadi dimana seseorang merasa dirinya telah salah dituduh lalai, padahal dia merasa telah melakukan segalanya. Seorang yang menyusun peraturan, bisa saja beranggapan bahwa peraturan yang dibuatnya sudah baik, akan tetapi orang lain bisa saja merasa dirugikan, bahkan bisa sampai mati karena peraturan itu. JIka lalu si pembuat peraturan dituntut sebagai penyebab kematian orang, ia akan heran dan merasa telah salah dituduh karena ia merasa tidak berbuat, walaupun faktanya, peraturan yang dibuatnya adalah penyebab orang itu mati. Bisa juga seorang yang mati-matian bekerja untuk mendapatkan banyak uang bagi anak-anaknya, ternyata membuat anak-anaknya merasa terabaikan, sehingga akhirnya salah satunya ada yang melakukan tindakan kriminal. Ketika tertangkap, anak itu bisa jadi menyalahkan orangtuanya, karena dia merasa kurang perhatian, akan tetapi orangtuanya malah akan heran dan merasa telah salah dituduh karena selama ini merasa sudah mati-matian demi anak-anaknya.

Oleh karena itu, hidup di dunia ini adalah paling aman jika bisa menghindari dari berbuat maupun tidak berbuat, akan tetapi jika harus berbuat, maka paling baik memastikan bahwa setiap apa yang anda putuskan untuk berbuat ataupun tidak berbuat, adalah benar-benar hal yang anda sudah pertimbangkan dan bersedia pertanggung jawabkan, bukan sekedar ikut-ikutan dan bukan sekedar berdasarkan dorongan pihak lain.

Ingin tahu selengkapnya? Tambahkan ebook ini ke daftar pustaka digital anda, dengan prosedur berikut:


Membeli via playstore


atau

Mentransfer uang senilai

Rp.150.000,-

ke salah satu rekening dibawah ini:
  • BCA 4411152451
  • BRI 321701016592536
  • BNI 0603650422
  • Danamon 003642661841
  • Jenius (BTPN) 90011153847
  • Mandiri 0060010001950
  • Gopay 08129592695
  • Ovo 08129592695
  • Dana 08129592695
  • Paypal hero_tsai@mainsyscon.net
Semua rekening atas nama Irwan Effendi

Setelah transfer (harap angkanya sesuai dengan yang anda baca diatas), konfirmasikan ke Penulis, Irwan Effendi, via WhatsApp . Setelah kami verifikasi, anda akan menerima balasan berupa file ebook tersebut.

TENTANG PENULIS

Lahir di Padang, 28 Desember 1973. Pernah kuliah jurusan Electronic Electrical Engineering di Sacramento, California, USA. dan saat ini sedang kuliah secara daring jurusan Health Science di University of The People

Berwiraswasta sebagai Konsultan I.T. freelance sejak tahun 1997.
Serius memasuki bidang Bioenergi sejak tahun 2007 sebagai bidang LitBang di yayasan Waskita Reiki
Menjadi pelatih Clairvoyance sejak tahun 2010
Menjadi pelatih pembangkitan Kundalini sejak tahun 2011
Menjadi Ka.Bid. LitBang Asosiasi Reiki Seluruh Indonesia sejak tahun 2011
Membuka praktek terapi dan melatih spesialisasi Chiropractic / Orthopedic berbasis Bioenergi sejak tahun 2014
Merintis usaha di bidang Bioenergi sejak tahun 2016 dengan nama Bioenergy Solution Center ( https://bioscent.biz/id ).
Dijuluki “The Human Programmer” karena berbagai penemuannya tentang cara memprogram ulang software manusia.
Hingga saat riwayat singkat ini ditulis, masih menjadi satu-satunya manusia yang telah berhasil menyelesaikan evolusi Kundalini sampai fase 32 dengan usaha sendiri.

Lihat ebook lainnya