Senang baca fiksi ilmiah? Penggemar Harry Potter? Anda akan menyukai buku ini.
Berbeda dengan kebanyakan fiksi ilmiah, teknik-teknik yang diceritakan dalam buku ini real dan bisa dipraktekkan bila anda sudah mencapai tingkat kemampuan yang dibutuhkan
Ini adalah kisah fiktif, gabungan antara ilusi dan fakta. Apabila ada kemiripan dengan tokoh, kejadian, tempat dan waktu, itu adalah murni kesengajaan. :)
Seorang pertapa tua sedang terbaring di bawah sebuah pohon, dikelilingi oleh beberapa muridnya. Tubuhnya kurus kering dan tampak lemah. Wajahnya bercahaya walau pucat.
"Guru, apakah ada pesan terakhir untuk kami?" tanya salah satu muridnya yang duduk paling dekat dengan kepala sang pertapa.
Sang guru menggapai tangannya perlahan memberi aba-aba agar si murid mendekatkan kepalanya, lalu ia berkata dengan suara lemah, "tidak usah bersedih dan terus lah berlatih, guru akan tetap membimbing kalian setelah meninggalkan jasad ini".
Si murid mengangguk memberi hormat, lalu mundur agak menjauh. Beberapa detik kemudian, para murid melihat seberkas cahaya yang tidak kasat mata berkumpul di kepala gurunya, dan bergerak ke luar melalui ubun-ubun. Setelah keluar sepenuhnya dan membentuk sebuah bola berwarna putih kebiruan, samar-samar mereka melihat bayangan gurunya tersenyum, lalu cahaya tersebut bergerak ke langit sambil menarik seberkas energi berwarna perak yang terlihat lebih nyata. Jasad sang pertapa tampak bergetar, perlahan memudar seiring dengan semakin jauhnya bola energi, hingga akhirnya lenyap tanpa bekas. Para murid berdiri, dan tanpa berbicara sepatah kata pun, mereka meninggalkan tempat itu.
Bola energi, yang tidak lain adalah arwah sang pertapa, ternyata tidak terlalu lama melayang ke atas. Ia langsung dicegat oleh sebuah bola energi lain yang berwarna kuning transparan. Mereka pun berkomunikasi dengan bahasa makhluk energi, yakni telepati.
[Akhirnya... tiba juga kau, muridku] kata bola kuning.
[Guru! Terima kasih telah menantiku] kata bola biru.
[Jangan buru-buru berterimakasih, banyak sekali yang telah terjadi sejak terakhir kali aku memasuki mimpimu, dan kurasa kau tidak akan menyukai keadaan saat ini; sungguh aku sangat ingin memberitahu padamu selagi engkau masih di dunia fana, tapi aku khawatir akan mengacaukan jalanmu dan malah membuatmu gagal moksha].
[Keadaan apa guru? Apakah benar-benar buruk?]
[Kamu masih ingat bagaimana dulu aku menceritakan pada mu bahwa gurumu ini cukup disegani di alam dewa ini, dan dengan kemampuanku bisa membawahi ribuan dewa lain sehingga tidak perlu menjadi pesuruh? Sekarang hampir semua dewa di bumi ini memiliki kekuatan yang hampir setara, kecuali 3 dewa yang menjadi pimpinan, sehingga sekarang aku tidak bisa lagi memerintahkan dewa lain untuk melakukan keinginanku. Lebih parah lagi, kekuatanmu saat ini tidak ada artinya sama sekali sehingga kalau ditemukan oleh dewa aliran lain, besar kemungkinan kau ditangkap dan diperbudak. Itu sebabnya aku buru-buru datang untuk mengamankan mu ketika aku tahu kau sudah moksha].
[Ha? Semua kekuatannya hampir sama, tapi kekuatanku tidak ada artinya? Bagaimana mungkin? Bukankah kita berlatih puluhan tahun? Dan bukankah guru juga bilang bahwa aku sebaiknya menunda kematian selama mungkin karena setelah melepaskan jasad, kekuatan sulit bertambah? Apa yang terjadi?].
[Sudah kuduga, kau pasti kaget, ceritanya panjang, tapi akan ku ceritakan kepadamu, karena toh kita punya sangat banyak waktu, tapi sambil kuceritakan, ikut aku ke tempat perkumpulan aliran kita; mereka akan membantuku meningkatkan kekuatanmu agar tidak dijadikan bulan-bulanan oleh dewa aliran lain.]
Mereka berdua pun melayang menuju ke lapisan langit yang lebih tinggi, di atas wilayah belahan selatan bumi. Dalam perjalanan, si bola kuning mulai bercerita.
[Beberapa ratus tahun yang lalu ada satu dewa tua yang meramalkan bahwa pada suatu masa, alam dewa akan mengalami perubahan drastis, yang dikarenakan adanya manusia hidup yang mampu memahami alam dewa melebihi dari apa yang dipahami oleh para dewa itu sendiri. Walau tidak diramalkan seperti apa perubahan yang terjadi, namun sudah cukup untuk membuat sebagian dewa yang ada merasa khawatir; karena suatu perubahan drastis, bagaimanapun baiknya akan tetap menimbulkan masalah, apalagi kalau perubahan drastis yang buruk. Selain itu, banyak dewa yang sudah merasa nyaman dengan kekuasaan dan posisinya, sehingga tidak ingin ada perubahan yang dapat mengakibatkan mereka kehilangan. Sebaliknya bagi dewa-dewa lemah yang merasa tertindas, kebanyakan berharap agar ramalan tersebut terwujud agar mereka bisa lepas dari penindasan. Ketika informasi tentang ramalan itu semakin menyebar dan diketahui oleh hampir semua dewa, para dewa yang posisinya kuat dan tidak senang dengan ramalan tersebut akhirnya sepakat bahwa si dewa tua harus memberikan penjelasan lebih lengkap tentang ramalannya, akan tetapi dewa tua tersebut tiba-tiba menghilang begitu saja, tanpa bisa terdeteksi keberadaannya sama sekali.
Ratusan tahun berlalu tanpa ada terjadi perubahan yang berarti di alam dewa, sehingga ramalan itu mulai terlupakan, sampai suatu hari, sekitar 20 tahun yang lalu, tiba-tiba ada energi kemerahan yang menyorot ke atas dari permukaan bumi; hanya beberapa detik namun cukup untuk membuat para dewa yang melihat bertanya-tanya, ada apa gerangan? Beberapa dewa pesuruh ditugaskan untuk mencari tahu sumber energi tersebut tapi tidak berhasil menemukannya. Keesokan harinya hal yang sama terjadi lagi dan para dewa pesuruh berusaha memburu ke arah sumber energi namun tidak sempat karena keburu menghilang. Ketika di hari ketiga energi tersebut muncul lagi dan agak lebih lama, akhirnya mereka menemukan sumbernya; seorang manusia yang sedang melakukan proyeksi astral ke arah matahari. Namun hasil penyelidikan mereka tidak memuaskan dewa-dewa yang berkuasa; banyak manusia melakukan proyeksi astral dan walau mayoritas melakukannya di bumi, cukup banyak juga yang melakukannya ke planet lain dan bahkan matahari, tapi selama ini tidak pernah muncul energi merah seperti itu, jadi pasti ada sesuatu yang berbeda. Para dewa berunding dan kemudian memutuskan untuk menanyakan kepada roh bumi, tapi roh bumi menolak untuk memberikan jawaban. Mereka beralih dan menanyakan kepada roh matahari, dan mereka mendapatkan jawaban yang membuat mereka kembali teringat akan ramalan si dewa tua. Ternyata si manusia tidak hanya melakukan proyeksi astral ke matahari, namun juga membuat agar proyeksinya membuat proyeksi lagi ke bumi, ke dalam tubuhnya; proyeksi bolak-balik ini menimbulkan efek penguatan terus menerus dan menghasilkan energi merah yang mereka lihat. Walaupun si manusia hanya memiliki kemampuan untuk melakukannya selama beberapa detik saja, hal yang mengejutkan adalah bahwa sebelum kejadian itu tidak ada satupun dari para dewa yang tahu bahwa hal seperti itu bisa dilakukan; apalagi ini dilakukan oleh manusia yang masih memiliki jasad.
Berita menyebar dengan cepat dan sebelum hari itu berakhir, hampir semua dewa membicarakan ramalan lama itu, bahkan dewa-dewa yang relatif baru, termasuk aku, menjadi tahu tentang ramalan itu. Sebenarnya ramalan adalah hal biasa untuk para dewa, karena pada dasarnya ramalan adalah rencana dari satu atau sekelompok dewa, yang mereka sampaikan pada pengikut mereka, agar disebarluaskan di dunia fana, dengan harapan bahwa manusia akan terpengaruh terhadap ramalan tersebut dan akan ada yang berusaha untuk membuatnya menjadi kenyataan, atau terjebak melakukan tindakan-tindakan yang membuatnya menjadi kenyataan. Masalahnya dengan ramalan yang satu ini, tidak ada dewa yang menyampaikan pada pengikut mereka sehingga tidak ada yang menyebarkan di dunia fana; bahkan tidak ada dewa yang diketahui terlibat dalam hal ini walau sekecil apapun. Karena diluar kendali dan pengaruh para dewa maka tidak ada yang bisa membayangkan akibatnya bila ramalan itu benar-benar menjadi kenyataan. Menghadapi hal ini para dewa sepakat untuk mengadakan pertemuan darurat, dan karena aku adalah salah satu yang dianggap berpengaruh, aku ikut menghadiri pertemuan itu, Selanjutnya aku juga banyak terlibat langsung dalam menjalankan keputusan hasil pertemuan. Agar kamu dapat menyaksikan sendiri segala kejadiannya, sekarang aku akan mengirimkan rekaman ingatanku padamu.]
Pada saat yang sama, di tempat lain, dua laki-laki sedang berdialog sambil duduk dalam sebuah restoran fast food yang tampak sepi karena saat itu pagi di hari kerja. Lelaki yang satu tinggi kurus, bibirnya tipis kemerahan. Sorot matanya tampak ramah, kulitnya cerah, khas warna kulit putih orang Asia. Lelaki yang satu lagi pendek gemuk, berwajah kaku cenderung persegi, dengan sorot mata terkesan kosong dan kulit berwarna kecoklatan. Si tinggi sedang duduk santai sambil mendengarkan penjelasan si gemuk yang tampak serius.
"Jadi sebenarnya semuanya tergantung dari apakah kita mengerti atau tidak cara kerja programnya; yang selama ini kita katakan sebagai benda mati juga pasti punya program sendiri, hanya kita belum paham, jadi tidak bisa mempengaruhinya. Nah, planet bumi ini pastinya hidup, makanya bisa banyak aktifitas alami didalamnya."
"Ya, saya rasa saya paham maksud kamu, terus apakah itu berarti kita bisa mempengaruhi program bumi?"
"Bisa, dan saya sudah melakukannya; apakah kamu pernah berdiri di tempat terbuka tepat di siang hari?"
"Ada sih, tapi jarang, memangnya kenapa?"
"Kita seharusnya berada tidak jauh dari garis khatulistiwa kan? Nah, harusnya di siang hari bayangan kita sangat kecil karena cahaya matahari jatuhnya hampir tegak lurus diatas kepala, tapi kalau kamu perhatikan siang nanti, kamu akan melihat bahwa bayangan yang terbentuk agak lebih panjang dan mengarah ke utara".
Si kurus mengernyitkan dahinya seperti berpikir, lalu berkata "Utara? Apa ga salah? Kita bukannya sedikit di selatan garis khatulistiwa? Harusnya bayangannya mengarah ke selatan?"
Si gemuk terkekeh sejenak "Nah, itu dia; tidak banyak orang yang tahu bahwa sebenarnya kemiringan bumi dalam beberapa tahun terakhir ini sudah mulai berubah; bahkan ilmuwan saja banyak yang tadinya tidak sadar karena pergeseran kemiringannya pelan sekali; yang saya lakukan hanya mempercepat dan menambahkan pergeserannya itu sehingga posisi kita saat ini sudah sekitar 10 derajat diatas khatulistiwa. Kalau tidak percaya gampang saja; nanti siang ambil kayu, tancapkan tegak lurus di tanah, lalu lihat arah bayangannya kemana"
"Hmmm, menarik, nanti siang aku coba, tapi apa untungnya mempercepat pergeseran bumi?"
"Saya mau pagi-pagi bangun, di sekeliling rumah ada salju"
"Ha? Salju? Emang mau sampai sejauh apa bergesernya? Apa ga bahaya tuh ntar?"
"Tidak digeser sampai sejauh itu sih, cukup sampai berubah jadi sub tropis dan sejuk sekali di musim dingin, trus supaya turun salju, udara dingin ditarik dari kutub supaya mendinginkan udara disini; cuma ya, ga gampang, beberapa hari lalu coba narik dari kutub utara tapi nyangkut di pegunungan di Vietnam, jadi kemarin saya coba tarik dari kutub selatan, mudah-mudahan besok berhasil sampai disini, asal tidak nyasar ke Australia saja"
"Waduh, kalau beneran kejadian, bisa heboh dong orang-orang"
"Ya, biar saja heboh, orang disini mah ada berita apa saja juga heboh"
"Hehe, iya sih, yah, kita lihat saja lah, apa benar bisa atau tidak. Tapi serius, kamu beneran begitu hanya karena ingin salju?”
“Enggak sih, itu sekedar harapan bonus saja. Sebenarnya saya menggeser kutub utara ke Siberia supaya gas methane yang terkurung disana tidak lepas ke udara. Tahu lapisan ozone kan? Kalau dibiarkan methane itu sampai lepas semua karena global warming, lapisan ozone bisa habis semua dan modar lah kita.”
“Waduh, enggak sampai deh bayangan saya kesana sana. Oh ya, sudah siang nih, harus ke toko dulu, sekalian ntar coba lihat bayangan siang hari".
"Oke deh, saya juga ngantuk nih, mau pulang tidur lagi".
Ingin tahu selengkapnya? Tambahkan ebook ini ke daftar pustaka digital anda, dengan prosedur berikut:
Setelah transfer (harap angkanya sesuai dengan yang anda baca diatas), konfirmasikan ke Penulis, Irwan Effendi, via WhatsApp . Setelah kami verifikasi, anda akan menerima balasan berupa file ebook tersebut.
Lahir di Padang, 28 Desember 1973. Pernah kuliah jurusan Electronic Electrical Engineering di Sacramento, California, USA. dan saat ini sedang kuliah secara daring jurusan Health Science di University of The People
Berwiraswasta sebagai Konsultan I.T. freelance sejak tahun 1997.