Pernahkah anda mendengar tentang adanya dunia kegelapan?
Atau mungkin tentang peradaban yang berada dibawah kerak bumi?
Ebook ini berisi pengalaman penulis dalam mencari dan menemukan dunia tersebut.
Sewaktu itu saya berada di kota Sacramento, negara bagian California, Amerika Serikat, dalam rangka kuliah. Saya sering menghabiskan waktu di perpustakaan karena sewaktu berusia 10 tahun saya mengalami kejadian mati suri, yang kemudian memunculkan bayangan-bayangan yang mempengaruhi psikologi saya dan membuat saya sulit untuk hidup sebagaimana normalnya anak seusia saya. Saya juga menderita beberapa penyakit yang di satu sisi tidak bersifat fatal akan tetapi di sisi lain sangat mengganggu karena kalau kambuh serentak, bisa membuat saya hanya bisa berbaring sambil mengaduh-aduh. Penanganan dari dokter yang bahkan sudah sampai tindakan operasi, tidak membuat saya menjadi lebih sehat. Jadi saya di perpustakaan mencari jawaban atas dua hal, yakni apa sebenarnya bayangan-bayangan yang menghantui saya, serta bagaimana saya bisa mengatasi sendiri penyakit-penyakit saya, diluar dari cara-cara yang sudah dikenal di kedokteran.
Salah satu hal yang saya baca adalah kepercayaan beberapa kebudayaan, bahwa jika seseorang selalu dirundung penyakit dari sejak lahir, ada kemungkinan bahwa penyakitnya itu berasal dari makhluk-makhluk yang hidup di dunia kegelapan. Pada waktu itu pengertian saya tentang energi masih sangat dangkal, saya bahkan belum pernah membaca istilah Kundalini sebelumnya. Karena itu saya tertarik untuk mengetahui kebenarannya dan menyelidiki apa yang dimaksud sebagai dunia kegelapan. Setelah membaca beberapa buku yang rata-rata berhubungan dengan kebatinan serta ilmu sihir, saya menyimpulkan bahwa yang dimaksud sebagai dunia kegelapan kemungkinan besar adalah benar-benar tempat-tempat yang berada cukup jauh di permukaan bumi, sehingga sama sekali tidak ada cahaya matahari yang masuk. Jika kesimpulan itu benar, maka setidaknya ada 6 rongga raksasa di bawah permukaan bumi, dimana makhluk makhluk ini terjebak tidak bisa keluar secara fisik. Beberapa orang yang menyatakan pernah mengunjungi tempat-tempat tersebut, dengan jelas menyebut bahwa mereka menggunakan sesuatu untuk membuat diri mereka menjadi trance, sehingga kesadaran mereka bisa keluar dari tubuh dan masuk ke bawah permukaan bumi. Inilah yang ingin saya coba lakukan, walau saya juga tahu bahwa dalam beberapa kasus, orang yang melakukan perjalanan seperti demikian tidak pernah sadar lagi sampai meninggal. Selain itu, ada juga kasus dimana setelah orangnya sadar kembali, ia berkelakuan aneh. Ada pula kasus dimana wabah merebak di malam yang sama, mengambil nyawa orang-orang yang berada di sekeliling orang yang melakukan perjalanan.
Walau belum tahu banyak tentang energi, bukan berarti saya serta merta mencoba melakukan perjalanan ke dunia kegelapan. Dengan banyaknya peringatan serta anekdot tentang resikonya, sudah tentu saya mempersiapkan diri terlebih dahulu. Waktu itu saya sudah beberapa kali melakukan perjalanan astral ke lokasi-lokasi yang relatif aman, jadi saya sudah lumayan tahu seperti apa situasinya serta apa yang bisa dilakukan dan apa yang tidak. Saya mengetes berbagai gambar sigil yang saya dapatkan dari buku-buku tentang perlindungan dan memilih dua yang menurut saya paling terasa hawanya pada saat digambarkan. Saya menghafalkan juga dua mantera perlindungan yang saya rasakan menimbulkan gelombang-gelombang energi setiap saya membacanya. Sebagai jaminan tambahan, saya menyiapkan jam alarm yang bunyinya cukup keras dan berguncang-guncang kecil saat berbunyi, untuk memaksa kesadaran saya terganggu dan tersentak balik ke tubuh, jika saja saya terlalu lama pergi. Untuk akses ke dunia kegelapan, saya memilih salah satu dari gambar gerbang astral yang ada, karena menurut saya gambarnya paling mudah, lalu saya melukai ujung jari saya dengan jarum jahit dan menggambarnya pelan-pelan diatas selembar kertas. Butuh beberapa kali menusuk jari untuk menyelesaikan gambarnya sesuai contoh yang diberikan.
Catatan: di ebook ada gambarnya, di preview ini tidak ada.
Tiba pada hari yang sesuai dengan petunjuk, yakni pada hari bulan sabit pertama, sore harinya saya berpesan pada seorang teman yang juga berasal dari Indonesia, untuk menelpon saya jam 10 pagi besoknya, dan kalau saya tidak menjawab, untuk datang ke kosan saya membangunkan saya. Teman ini memang terkadang datang ke kosan untuk main game dan terkadang bisa sampai pagi dan tertidur di kursi, jadi dia tidak banyak bertanya kenapa dan hanya menjawab singkat “oke deh”. Jam 10 malam, saya menyetel alarm ke jam 6 pagi, lalu mandi dengan air hangat. Setelah itu saya mengenakan baju dan celana saya yang paling longgar, lalu berbaring di ranjang. Saya kemudian mulai merapalkan mantera pertama, sampai saya merasakan ada gelombang-gelombang energi. Setelah itu saya merapalkan mantera kedua, sampai saya merasakan ada dua gelombang energi yang saling susul, yang bergerak dari dalam tubuh saya ke arah luar. Setelah itu saya menggambarkan sigil pertama di tengah dada saya menggunakan jari tangan saya yang saya basahkan sedikit dengan air garam. Saya ulangi beberapa kali sampai saya merasa ada selubung hawa hangat mengelilingi tubuh saya. Saya lanjutkan menggambarkan sigil kedua dengan cara yang sama, sampai saya merasakan hawa sejuk dan hangat silih berganti mengelilingi tubuh saya. Saya lalu menggapai kertas dengan gambar gerbang dari darah, yang sudah saya siapkan di samping saya, kemudian saya menaruhnya di bawah bantal kepala, sehingga jatuhnya kurang lebih segaris dengan leher saya. Setelah itu saya memulai perjalanan astral.
Mantra dan sigil yang saya gunakan, saya sengaja memilih masing-masing satu dari elemen siang / api dan satu lagi dari elemen malam / air, karena saya ingin memastikan bahwa secara garis besar saya terlindung, setidaknya sebagian, dari berbagai kemungkinan bahaya yang bisa dihadapi.
Mantra pertama adalah bahasa Latin, elemen siang: Pater noster, qui es in caelis, sanctificetur nomen tuum. Adveniat regnum tuum. Fiat voluntas tua, sicut in caelo et in terra. Panem nostrum quotidianum da nobis hodie, et dimitte nobis debita nostra sicut et nos dimittimus debitoribus nostris. Et ne nos inducas in tentationem, sed libera nos a malo. Amen. Pelafalan bahasa Latin untuk orang Indonesia: C dibaca sebagai K GN dibaca NY Mantra kedua adalah dari Sumeria, elemen malam: Zi Dingir Anna Kanpa! Zi Dingir Kia Kanpa! Emedu Baltu Emedu Salamu Pelafalan bahasa Sumeria untuk orang Indonesia: Dibaca seakan itu adalah tulisan bahasa Indonesia karena ejaannya sama.
Ingin tahu selengkapnya? Tambahkan ebook ini ke daftar pustaka digital anda, dengan prosedur berikut:
Setelah transfer (harap angkanya sesuai dengan yang anda baca diatas), konfirmasikan ke Penulis, Irwan Effendi, via WhatsApp . Setelah kami verifikasi, anda akan menerima balasan berupa file ebook tersebut.
Lahir di Padang, 28 Desember 1973. Pernah kuliah jurusan Electronic Electrical Engineering di Sacramento, California, USA. dan saat ini sedang kuliah secara daring jurusan Health Science di University of The People
Berwiraswasta sebagai Konsultan I.T. freelance sejak tahun 1997.